H.M RASJIDI
1.
Riwayat Hidup Singkat H.M. Rasjidi
H.M. Rasjidi lahir
di Kotagede, Yogyakarta, pada tanggal 20 Mei 1915 atau 4 Rajab 1333 H dan wafat pada tanggal 30
januari 2001. Nama kecilnya adalah Saridi, tetapi setelah menjadi murid Ahmad
Syurkati, Saridi diberi nama baru oleh Ahmad syurkati sebagai “Muhammad
Rasjidi”. Nama tersebut baru digunakan secara resmi oleh Saridi
pasca-menunaikan ibadah haji, bebarapa tahun kemudian. Dia lahir di ligkuna
Jawa yang kental dengan nuasa keislaman. Walaupun demikian, praktik-prakitik kebatinan masih tampak dalam
keluarga dan lingkuna sekitarnya pada masa kecil. Bhkan , pada masa selanjutnya
beliau mengakui bahwa dirinya berasal dari latar belakang “keluarga abangan”,
yaitu penganut agama islam, namun tidak melalukan ibadah islam dalam
kesehariannya sebagaimana mestinya.
Keluarganya bernaung dirumah Joglo, tempat dia dibesarkan yang pada hari-hari
tertentu tidak melewatkan adanya pemasangan sesajen.
Tidak jauh dari rumah Rasjidi,
terdapat masjid dan makam Pnembahan Senopati dan Ki Ageng Pemanahan serta
beberapa sumber air pemandian yang jarang sepi dari praktik-praktik mistik
kejawen. Meskipun Rasjidi hidup dalam lingkungan demikian, pada akhirnya
Rasjidi menyadari bahwa dirinya membutuhkan asupan rohani yang bersifat
keagamaan.Kesadarannya tentang islam kemudian terbentuk mejadi pandangan
hidupnya.
2.
Pemikiran Kalam H.M. Rasjidi
Pemikiran Kalam Rasjidi dapat
ditelusuri dari kritiknya kepada Harun Nasution dan Nurcholish Madjid. Secara
garis besar pemikiran kalamnya dapat dikemukakan sebagai berikut.
a. Tentang
perbedaan ilmu kalam dan teologi
Rasjidi menolak pandangan Harun
Nasution yang menyamakan pengertian ilmu kalam dengan teologi. Untuk itu
Rasjidi berkata, “… Ada kesan bahwa ilmu kalam adalah teologi islam dan teolgi
adalah ilmu kalam Kristen. Selanjutnya, Rasjidi
menelusuri sejarah kemunculan teologi. Menurutnya, biasanay orang Barat memakai
istilah teologi untuk menunjukkan tauhid atau kalam karena mereka tidak
memunyai istilah lain. Teologi terdiri atas dua kata yaitu teo (Theos)artinya
tuhan, dan logos artinya ilmu. Jadi, teologi adalah ilmu ketuhanan.
Adapun sebab timbulnya teologi dalam Kristen karena yang pokok dalam agama
Kristen adalah keyuhanan Nabi Isa sebagai salah satu dari tritunggal atau trinitas.
Kata teologi mengadung beberapa aspek agama Kristen, yang diluar kepercayaan
(yang benar) sehingga teologi dalam Kristen tidak sama dengan tauhid atau ilmu
kalam.
b. Tema-Tema
Ilmu Kalam
Salah Satu tema ilmu kalam Harun
Nasution yang dikritik Rasjidi adalah
deskripsi aliran-aliran kalam yang sudah tidak relevan lagi dengan kondisi umat islam sekarang,
khususnya di Indinesia. Untuk itu, Rasjidi berpendapat bahwa menonjolkan
perbedaaan penadapat antaranya Asy’ariah dan Mu’tazilah sebagaimana dilakukan Harun
Nasution, akan melemahkan iman para mahasiswa. Tidak ada agama yang mengagumkan
akan seperti Islam, tetapi dengan
menggambarkan bahwa akal dapat mengetahui baik dan buruk, sedangkan wahyu hanya
membuat nilai yang dihasilakn dari pikiran manusia bersifat absolute-universal,
berarti menganggap sepi ayat-ayat Al-Quran, seperti “WALLAHU YA’LAMU WA ANTUM
LA TA’LAMUN” (dan Allahlah Yang Maha Mengetahui, sedangkan kamu tidak
mengetahui) (Q.S. Al-Baqarah [2]: 232).
Rasjidi mengakui bahwa soal-soal yang
pernah dipebincangakan pada zaman dua belas abad yang lalu ada yang masih
relevan untuk masa sekarang, tapi ada juga yang tidsk relevan. Rasjidi
menguraikan bahwa yang masih dirasakan oleh umat islam pada umumnya adalah
keberadaan Syia’ah.
c. Hakikat
Islam
Pointer ini meupakan kritikan Rasjidi
deskripsi iman yang diberikan Nurcholish Madjid, yaitu “percaya dan menrauh
kepercayaan kepada Tuhan. Sikap apresiatif kepada Tuhan merupaka inti
pengalaman keagamaan sesorang. Sikap itu disebut takwa. Takwa diperkuat dengan kontak
yang kontinu dengan Tuhan… Apresiasi
ketuhanan membutuhkan kesadaran ketuhanan yang menyeluruh sehingga menumbuhkan
keadaan bersatunya hamba dengan Tuhan. Menanggapi pernyataan yang diatas,
Rasjidi mengatakan bahwa iman bukan sekedar
memuncak pada bersatunya hamba dengan Tuhan , tetapi dapat dilihat dalam
dimensi konsekuansial atau hubungan manusia dengan manusia, yaitu dalam hidup
masyarakat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar