barcelona

">

Rabu, 25 Februari 2015

H.M RASJIDI
1. Riwayat Hidup Singkat H.M. Rasjidi
            H.M. Rasjidi lahir  di Kotagede, Yogyakarta, pada tanggal 20 Mei 1915 atau  4 Rajab 1333 H dan wafat pada tanggal 30 januari 2001. Nama kecilnya adalah Saridi, tetapi setelah menjadi murid Ahmad Syurkati, Saridi diberi nama baru oleh Ahmad syurkati sebagai “Muhammad Rasjidi”. Nama tersebut baru digunakan secara resmi oleh Saridi pasca-menunaikan ibadah haji, bebarapa tahun kemudian. Dia lahir di ligkuna Jawa yang kental dengan nuasa keislaman. Walaupun demikian,  praktik-prakitik kebatinan masih tampak dalam keluarga dan lingkuna sekitarnya pada masa kecil. Bhkan , pada masa selanjutnya beliau mengakui bahwa dirinya berasal dari latar belakang “keluarga abangan”, yaitu penganut agama islam, namun tidak melalukan ibadah islam dalam kesehariannya sebagaimana  mestinya. Keluarganya bernaung dirumah Joglo, tempat dia dibesarkan yang pada hari-hari tertentu tidak melewatkan adanya pemasangan sesajen.
            Tidak jauh dari rumah Rasjidi, terdapat masjid dan makam Pnembahan Senopati dan Ki Ageng Pemanahan serta beberapa sumber air pemandian yang jarang sepi dari praktik-praktik mistik kejawen. Meskipun Rasjidi hidup dalam lingkungan demikian, pada akhirnya Rasjidi menyadari bahwa dirinya membutuhkan asupan rohani yang bersifat keagamaan.Kesadarannya tentang islam kemudian terbentuk mejadi pandangan hidupnya.
2. Pemikiran Kalam H.M. Rasjidi
            Pemikiran Kalam Rasjidi dapat ditelusuri dari kritiknya kepada Harun Nasution dan Nurcholish Madjid. Secara garis besar pemikiran kalamnya dapat dikemukakan sebagai berikut.
a.      Tentang perbedaan ilmu kalam dan teologi
Rasjidi menolak pandangan Harun Nasution yang menyamakan pengertian ilmu kalam dengan teologi. Untuk itu Rasjidi berkata, “… Ada kesan bahwa ilmu kalam adalah teologi islam dan teolgi adalah ilmu kalam Kristen. Selanjutnya,  Rasjidi menelusuri sejarah kemunculan teologi. Menurutnya, biasanay orang Barat memakai istilah teologi untuk menunjukkan tauhid atau kalam karena mereka tidak memunyai istilah lain. Teologi terdiri atas dua kata yaitu teo (Theos)artinya tuhan, dan logos artinya ilmu. Jadi, teologi adalah ilmu ketuhanan. Adapun sebab timbulnya teologi dalam Kristen karena yang pokok dalam agama Kristen adalah keyuhanan Nabi Isa sebagai salah satu dari tritunggal atau trinitas. Kata teologi mengadung beberapa aspek agama Kristen, yang diluar kepercayaan (yang benar) sehingga teologi dalam Kristen tidak sama dengan tauhid atau ilmu kalam.
b.      Tema-Tema Ilmu Kalam
Salah Satu tema ilmu kalam Harun Nasution yang dikritik  Rasjidi adalah deskripsi aliran-aliran kalam yang sudah tidak relevan  lagi dengan kondisi umat islam sekarang, khususnya di Indinesia. Untuk itu, Rasjidi berpendapat bahwa menonjolkan perbedaaan penadapat antaranya Asy’ariah dan Mu’tazilah sebagaimana dilakukan Harun Nasution, akan melemahkan iman para mahasiswa. Tidak ada agama yang mengagumkan akan seperti  Islam, tetapi dengan menggambarkan bahwa akal dapat mengetahui baik dan buruk, sedangkan wahyu hanya membuat nilai yang dihasilakn dari pikiran manusia bersifat absolute-universal, berarti menganggap sepi ayat-ayat Al-Quran, seperti “WALLAHU YA’LAMU WA ANTUM LA TA’LAMUN” (dan Allahlah Yang Maha Mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui) (Q.S. Al-Baqarah [2]: 232).
Rasjidi mengakui bahwa soal-soal yang pernah dipebincangakan pada zaman dua belas abad yang lalu ada yang masih relevan untuk masa sekarang, tapi ada juga yang tidsk relevan. Rasjidi menguraikan bahwa yang masih dirasakan oleh umat islam pada umumnya adalah keberadaan Syia’ah.

c.       Hakikat Islam
Pointer ini meupakan kritikan Rasjidi deskripsi iman yang diberikan Nurcholish Madjid, yaitu “percaya dan menrauh kepercayaan kepada Tuhan. Sikap apresiatif kepada Tuhan merupaka inti pengalaman keagamaan sesorang. Sikap itu disebut takwa. Takwa diperkuat dengan kontak yang kontinu  dengan Tuhan… Apresiasi ketuhanan membutuhkan kesadaran ketuhanan yang menyeluruh sehingga menumbuhkan keadaan bersatunya hamba dengan Tuhan. Menanggapi pernyataan yang diatas, Rasjidi mengatakan bahwa  iman bukan sekedar memuncak pada bersatunya hamba dengan Tuhan , tetapi dapat dilihat dalam dimensi konsekuansial atau hubungan manusia dengan manusia, yaitu dalam hidup masyarakat.


DOA MEMPERKUAT HAFALAN


اَللَّهُمَّ اشْرَحْ بِالْقُرْأَنِ صَدْرِيْ وَسْتَعْمِلْ بِالْقُرْأَنِ بَدَنِيْ وَنَوِّرْبِالْقُرْأَنِ بَصَرِيْ وَاطْلِقُ بِالْقُرْأَنِ لِسَانِ فَأِنَّهُ لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِكَ
Artinya:      Ya Allah lapangkanlah dadaku dengan Al-Quran dan mudahkanlah badanku beramal denga Al-Quran dan terangilah [andanganku dengan Al-Quran dan mudahkan ucapanku dengan Al-Quran dan bantulah hamba mengamalkan semuanya karena tidak ada daya dan upaya kecuali dengan-Mu

Keterangan:”Dibaca setiap hendak menghafal atau hendak belajar”

Selasa, 24 Februari 2015

PERADABAN ISLAM PADA MASA BANI UMAYYAH
Makalah Ini Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
SEJARAH PERADABAN ISLAM




Disusun Oleh :
Marwis
M. Zidnal



FAKULTAS SYARIAH
EKONOMI SYARIAH
INSTITUT PERGURUAN TINGGI ILMU AL-QURAN(PTIQ)
JAKARTA

BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Bani Umayah berasal dari nama Umayah Ibnu Abdi Syams Ibnu Abdi Manaf, salah satu pemimpin dari kabilah Quraisy. Yang memiliki cukup unsur untuk berkuasa di zaman Jahiliyah yakni keluarga bangsawan, cukup kekayaan dan mempunyai sepuluh orang putra. Orang yang memiliki ketiga unsur tersebut di zaman jahiliyah berarti telah mempunyai jaminan untuk memperoleh kehormatan dan kekuasaan. Umayah senantiasa bersaing dengan pamannya yaitu Hasim Ibnu Abdi Manaf. Sesudah datang agama Islam persaingan yang dulunya merebut kehormatan menjadi permusuhan yang lebih nyata. Bani Umayah dengan tegas menentang Rosululloh, sebaliknya Bani Hasim menjadi penyokong dan pelindung Rosululloh, baik yang sudah masuk Islam atau yang belum. Bani Umayyah adalah orang-orang yang terakhir masuk agama Islam pada masa Rosululloh dan salah satu musuh yang paling keras sebelum mereka masuk Islam.
Awal kedaulatan bagi kedaulatan Bani Umayyah adalah sepeninggal Khalifah Ali ibn Abi Thalib, yang mana gubenur Syam tampil sebagai pemimpin Islam yang kuat. Muawiyah ibn Abu Sufyan ibn Harb yang dulunya gubenur Syam, menggantikan posisi Ali ibn Abi Thalib sebagai pemimpin Islam dengan cara yang bisa dibilang curang, yang waktu itu berawal dari negosiasi antara pihak Khalifah Ali ibn Abi Thalib yang diwakili oleh Abu Musa Al-Asy’ari dengan pihak Muawiyyah yang diwakilkan oleh Amr bin Ash. Dari hasil negosiasi keduanya menghasilkan kesepakatan untuk menjatuhkan Khalifah Ali ibn Abi Thalib dan Muawiyyah, kemudian setelah itu dipilihlah seorang khalifah yang baru. Sebagai orang tertua, Abu Musa Al-Asy’ari yang mengawali dalam mengumumkan hasil negosiasi tersebut.namun berbeda halnya dengan Abu Musa Al-Asy’ari, Amr bin Ash justru mengumumkan untuk menjatuhkan Khalifah Ali ibn Abi Thalib tetapi menolak untuk menjatuhkan Muawiyyah, dengan kata lain Amr bin Ash mendukung pengangkatan Muawiyyah sebagai pemipin yang menggantikan Khalifah Ali ibn Abi Thalib.
Pada umumnya sejarawan menganggap Muawiyyah secara negatif, karena dari proses keberhasilannya memperoleh legalitas atas kekuasaannya dalam perang saudara di Siffin diperoleh dengan cara arbitrasi yang curang. Lebih dari itu, Muawiyyah juga dituduh sebagai pengkhianat prinsip-prinsip demikrasi yang diajarkan Islam, karena dialah yang mula-mula mengubah pimpinan negara dari seorang yang dipilih oleh rakyat berganti menjadi pewarisan yang turun temurun seperti halnya dengan kerajaan.
Dalam makalah ini akan membahas mengenai sejarah peradaban pada masa Daulah Bani Umayyah yang terdiri dari pembahasan mengenai sejarah kelahiran daulah bani Umayyah kemudian puncak kejayaan bani umayyah, prestasi peradaban Islam pada masa bani Umayyah, sebab-sebab kemunduran bani Umayyah dan pelajaran terpenting dari mempelajari kajian ini bagi pengembangan peradaban Islam masa kini dan masa depan.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Kelahiran Daulah Bani Umayyah
Kerajaan Bani Umayyah didirikan oleh Mu’awiyah Bin Abu Sufyan padatahun 41 H/661 M di Damaskus dan berlangsung hingga pada tahun 132H/750M. Muawiyah bin Abu Sufyan adalah seorang politisi handal dimana pengalaman politiknya sebagai gubernur Syam pada masa khalifah Utsman bin Affan cukup mengantar dirinya mampu mengambil alih kekuasaan dari genggaman keluarga Ali bin Abi Thalib. Tepatnya setelah Husein putra Ali binThalib dapat dikalahkan oleh Umayyah.
Kekhalifahan Muawiyah ini diperoleh melalui kekerasan, diplomasi, dantipu daya , tidak dengan pemilihan. Hal ini berbeda dengan proses pemilihan kepala Negara pada masa sebelumnya, yang diniliai cukup demokrasi. Dia memang tetap menggunakan istilah khalifah, namun dia memberikan interprestasi baru dari kata-kata itu untuk mengagungkan jabatan tersebut. Dia menyebutnya “Khalifah Allah” dalam pengertian “penguasa” yang diangkat oleh Allah.Keberhasilan Muawiyah mendirikan Dinasti Umayyah bukan hanya akibatdari kemenangan terbunuhnya Khalifah Ali, akan tetapi ia memiliki basis rasional yang solid bagi landasan pembangunan politiknya dimasa depan.Adapun faktor keberhasilan tersebut adalah :
Dukungan yang kuat dari rakyat Syria dari keluarga Bani Umayyah.Sebagai administrator, Muawiyah mampu berbuat secara bijak dalam menempatkan para pembantunya pada jabatan-jabatan penting.Muawiyah memiliki kemampuan yang lebih sebagai negarawan sejati,bahkan mencapai tingkat hilm sifat tertinggi yang dimiliki oleh parapembesar Mekkah zaman dahulu, yang mana seorang manusia hilm sepertiMuawiyah dapat menguasai diri secara mutlak dan mengambil keputusan-keputusan yang menentukan, meskipun ada tekanan dan intimidasi.
Adapun raja-raja yang berkuasa pada dinasti Umayyah I ini berjumlah 14,
antara lain :
1.Mu’awiyah I bin Abi Sufyan (41-61H/661-680M)
2.Yazid bin Mu’awiyah (61-64H/680-683M)
3.Mu’awiyah II bin Yazid (64-65H/683-684M)
4.Marwan bin Hakam (65-66H/684-685M)
5.Abdul Malik bin Marwan (66-86H/685-705M)
6.Al-Walid bin Abdul Malik (86-97H/705-715M)
7.Sulaiman bin Abdul Malik (97-99H/715-717M)
8.Umar bin Abdul Azis (99-102H/717-720M)
9.Yazid bin Abdul Malik (102-106H/720-724M)
10. Hisyam bin Abdul Malik (106-126H/724-743M)
11. Al-Walid II bin Yazid (126-127H/743-744M)
12. Yazid III bin Walid(127H/744M)
13. Ibrahim bin Malik (127H/744M)
14. Marwan II bin Muhammad (127-133H/744-750M)



B. Puncak Kejayaan Daulah Bani Umayyah
Pada masa pemerintahan Muawiyyah terkenal sebagai era yang agresif karena perhatian terpusat kepada perluasan wilayah, dan kemajuan besarpun hadir dengan berhasilnya perluasan wilayah. Kemajuan Dinasti Umayyah terdapat di masa Muawiyyah bin abi Sofyan sampai pemerintahannya Hiyam bin Abdul Malik 661 M/ 41 H – 743 sedangkan pemerintahan setelahnya hanya menuju kepada kehancuran Muawiyywh.
Dimasa Muawiyyah, terdapat peristiwa paling mencolok yakni penyerangan kota konstan tinopel melalui suatu ekspedisi yang dipusatksn di kota pelabuhan Dardanela, setelah terlebih dahulu menduduki pulau-pulau di Laut Tengah seperti Rodhes, Kreta, Cyprus, Sicilia dan sebuah pulau yang bernama Award, tidak jauh dari Ibu Kota Romawi Timur. Dibelahan Timur, Muawiyyah berhasil menaklukan Khurrasan sampai ke sungai Oxus dan Afganistan. Ekspansi ke timur yang dirintis oleh Muawiyyah, lalu disempurnakan oleh Khalifah Abdul Malik. Dibawah komando gubenur Irak Hajjaj ibnu Yusuf, tentara kaum muslimin menyebrangi sungai Ammu Darya dan menundukkan Balkh, Bukhara, Khawarizm, Ferghana dan Samarkhand. Dimasa kekuasaan al-Walid I dikenal dengan “masa kemenangan yang luas”. Dimasa ini, pengepungan atas kota konstantinopel dihidupkan kembali guna menklukan ibu kota Romawi,meski belum berhasil tetapi memberi hasil yang cukup memuaskan yakni dengan menggeser tapal batas pertahanan Islam lebih maju kedepan, dengan menguasai basis-basis militer Kerajaan Romawi di Mar’asy dan Amuriyah. Kemudian dilanjutkan dengan keberhasilan di front Afrika. Disamping itu, kejayaan Bani Umayyah juga tercermin dari pembangunan di berbagai bidang seperti bidang politik ataupun sosial kebudayaan. Didalam bidang politik Bani Umayyah menyusun tatanan pemerintahan yang sama sekali baru, yakni memenuhi tuntutan perkembangan wilayah dan administrasi kenegaraan yang semakin kompleks.
Dalam jangka 90 tahun, banyak bangsa di empat penjuru mata angin berramai-ramai masuk kedalam kekuasaan Islam, yang meliputi wilayah Spanyol, seluruh wilayah Afrika utara, Jazirah Arab, suriah, Palestina, setengah bagian dari daerah Anatolia, Irak, Persia, Afganistan, India, dan negeri-negeri yang sekarang dinamakan Turkmenistan, Uzbekistan dan Kirgiztan yang termasuk sovyet Rusia.

C. Prestasi Peradaban Islam pada Masa Daulah Bani Umayyah
Dinasti Umayyah telah mampu membentuk perdaban yang kontemporer dimasanya, baik dalam tatanan sosial, politik, ekonomi dan teknologi. Berikut Prestasi bagi peradaban Islam dimasa kekuasaan Bani Umayah didalam pembangunan berbagai bidang antara lain:
1. Masa kepemimpinan Muawiyah telah mendirikan dinas pos dan tempat-tempat dengan menyediakan kuda yang lengkap dengan peralatannya di sepanjang jalan.
2. Menertibkan angkatan bersenjata.
3. Pencetakan mata uang oleh Abdul Malik, mengubah mata uang Byzantium dengan Persia yang dipakai di daerah-daerah yang dikuasai Islam. Mencetak mata uang sendiri tahun 659 M dengan memakai kata dan tulisan Arab.
4.  Jabatan khusus bagi seorang Hakim ( Qodli) menjadi profesi sendiri .
5. Keberhasilan kholifah Abdul Malik melakukan pembenahan-pembenahan administrasi pemerintahan Islam dan memberlakukan bahasa Arab sebagai bahasa resmi administrasi pemerintahan Islam. Keberhasilannya diikuti oleh putranya Al-Walid Ibnu Abdul Malik (705 -719 M) yang berkemauan keras dan berkemampuan melaksanakan pembangunan.
6. Membangun panti-panti untuk orang cacat. Dan semua personil yang terlibat dalam kegiatan humanis di gaji tetap oleh Negara.
7. Membangun jalan-jalan raya yang menghubungkan suatu daerah dengan daerah lainnya.
8.  Membangun pabrik-pabrik, gedung-gedung pemerintahan, dan masjid-masjid yang megah.
10.  Hadirnya Ilmu Bahasa Arab, Nahwu, Sharaf, Balaghah, bayan, badi’, Isti’arah dan sebagainya. Kelahiran ilmu tersebut¬¬ karena adanya kepentingan orang-orang Luar Arab (Ajam) dalam rangka memahami sumber-sumber Islam (Al-qur’an dan Al-sunnah).
11. Pengembangan di ilmu-ilmu agama, karena dirasa penting bagi penduduk luar jazirah Arab yang sangat memerlukan berbagai penjelasan secara sistematis ataupun secara kronologis tentang Islam. Diantara ilmu-ilmu yang berkembang yakni tafsir, hadis, fiqih, Ushul fiqih, Ilmu Kalam dan Sirah/Tarikh.


D. Sebab-sebab Kemunduran Daulah Bani Umayyah
Kemunduran Bani Umayyah disebabkan oleh beberapa faktor, yakni:
1. Ketidakpuasan sebagian besar orang non Arab yang memeluk Islam, terutama di Irak dan propinsi” timur. Mereka mendapat sebutan “mawali” atau “klien”, karena pada prakteknya mereka harus mengikatkan diri dengan menjadi klien dari kabilah-kabilah Arab. Hal tersebut bukan dari ajaran Islam, status tersebut menggambarkan keangkuhan orang-orang Arab. Mereka orang non-Arab derajatnya dianggap lebih rendah, misalkan ada tunjangan dari negara maka tunjangan mereka harus lebih sedikit dari orang Arab.
2. Meningkatnya perpecahan diantara kabilah-kabilah Arab. Perpecahan terjadi antara kabilah selatan atau Yunani dengan Kabilah Utara. Kabilah selatan atau Yunani adalah sebutan bagi Kabilah yang berkaitan dengan Kabilah Kalb dan juga mereka pernah berdiam di Yunani. Sedangkan kabilah utara adalah sebutan bagi kabilah Qays. Perpecahan antara kedua kabilah terjadi karena tumbuhnya pengaruh politis dikedua kabilah tersebut.

3. Kelalaian kholifah dalam urusan administratif dan tidak adanya perhatian terhadap tugas-tugas Negara membuat Bani Uamayah sangat tidak disukai. Para pejabatnya banyak yang koruposi, banyak yang mementingkan diri sediri dan akibatnya pemerintahan menjadi lamban dan tidak efisien. Persaingan antar suku yang sudah lama, tidak semakin membaik tetapi malah semakin buruk banyak penentangan dari kaum Syiah yang tidak melupakan tragedi Karbala. Ketidakacuan serta perlakuan kejam terhadap keluarga Nabi, kutukan terhadap khutbah-khutbah dan propaganda anti Bani Ali memeperkuat Bani Umayyah. Kaum Syiah memperoleh simpati rakyat karena kecintaan mereka yang sepenuh hati terhadap keturunan Nabi.
4. Muawiyah telah mengesampingkan prinsip Replublikanisme diganti dengan monrchi turun temurun. Prinsip Islam bahwa Kepala Negara harus dipilih oleh rakyat tidak dijalankan dengan demikin Bani Umayah kehilangan dukungan penuh dan kerjasama dari rakyat.
v Kekecewaan sejumlah besar orang yang prihatin akan keadaan keagamaan. Golongan ini mengaku ingin mencari keadilan bagi kaum mawali,yang mana konsep mawali tidak terdapat didalam Islam.
E. Pelajaran Terpenting bagi Pengembangan Peradaban Islam Masa Kini dan Masa Depan
Pelajaran terpenting dari kajian ini bagi pengembangan peradaban Islam di Masa kini dan Masa sekarang yakni: bahwa pelajaran terpenting terdapat dari sisi mana kita akan memahami. Misalkan dari sisi strategi, Dinasti Umayyah sangat hebat didalam pertahanan militernya,oleh karenanya kekuatan militer sangatlah diperlukan oleh orang-orang Muslim hal tersebut perlu adanya karena dengan jiwa yang kuat maka kita akan menjadi muslim yang kuat. Didalam bidang sosial, dapat kita ambil pelajaran bagi peradaban Islam yakni keberadaan orang muslim dengan non-muslim itu sama, dalam artian kita saling menghargai dengan tidak menganggap remeh ataupun melecehkan agama lain. Contohnya kalau didalam makalah adanya pembedaan kelas masyarakat antara arab dan non-Arab dan contoh didalam kehidupan kita yakni dengan mengambil hikmah kejadian pelecehann agama Islam yang dialkukan oleh orang non-islam. Dalam bidang politik,kita bisa mengambil contoh ketika masa jayanya Umayyah dan keruntuhannya, dimasa jayanya kita bisa meniru dengan kinerja bagus yang dilakukan Muawiyyah dan di masa kehancurannya kita bisa mengambil pelajaran dari buruknya korupsi akan mengakibatkan kehancuran negeri.
BAB III
KESIMPULAN
Daulah Bani Umayyah didirikan oleh Muawiyyah yang menang diplomasi di Siffin dan juga sebagai akibat terbunuhnya Khalifah Ali ibn Abi Thalib. Namun tidak hanya itu, ada dasar lain yang menjadikan daulah Bani Umaayyah itu lahir. Yakni dukungan yang kuat dari rakyat suriah dan dari keluarga Bani Umayyah sendiri. Mereka dengan kelompok bangsawan kaya makkah dari keturunan Bani Umayyah berada sepenuhnya di belakang Muawiyyah untuk mendukungnya. Dengan sumber kekuatan yang tiada habisnya baik itu kekuatan tenaga manusia ataupun kekayaan, dan juga negeri suriah yang terkenal makmur yang menyimpan sumber alam yang berlimpah tentunya sangat membantu Muawiyyah.
Salah satu kemajuan yang paling menonjol pada masa pemerintahan dinasti Bani Umayyah adalah kemajuan dalam system militer. Selama peperangan melawan kakuatan musuh, pasukan arab banyak mengambil pelajaran dari cara-cara teknik bertempur kemudian mereka memadukannya dengan system dan teknik pertahanan yang selama itu mereka miliki, dengan perpaduan system pertahanan ini akhirnya kekuatan pertahanan dan militer Dinasti Bani Umayyah mengalami perkembangan dan kemajuan yang sangat baik dengan kemajuan-kemajuan dalam system ini akhirnya para penguasa dinasti Bani Umayyah mampu melebarkan sayap kekuasaannya hingga ke Eropa.
BAB IV
         PENUTUP
Demikianlah makalah dengan judul kami buat. Tentunya masih banyak kesalahan karena minimnya pengetahuan dari pembuat makalah. Kritik angat kami harapkan guna perbaikan makalah kami sealnjutnya. Akhirnya, kurang dan lebih kami mohon maaf.semoga bermanfaat dan dapat menambah khasanah keilmuan bagi kita semua.










DAFTAR PUSTAKA
·         Shaban, 1993, Sejarah Islam. Jakarta: Raja Grafindo
·         Thohir, Ajid. 2004. Perkembangan Peradaban Di Kawasan Dunia Islam. Jakarta: Raja Grafindo
·         Mufrodi, Ali. 1997. Islam di Kawasan Kebudayaan Arab, Jakarta:Logos
·         Sunanto, Musyrifah. 2007, Sejarah Islam Klasik: Perkembangan Ilmu Pengetahuan. Jakarta: Kencana
·         Watt, Montgomerry. 1990, Kejayaan Islam: Kajian kritis dari Tokoh Orientalis. Yogyakarta : Tiara Wacana Yogya