barcelona

">

Rabu, 25 Februari 2015

H.M RASJIDI
1. Riwayat Hidup Singkat H.M. Rasjidi
            H.M. Rasjidi lahir  di Kotagede, Yogyakarta, pada tanggal 20 Mei 1915 atau  4 Rajab 1333 H dan wafat pada tanggal 30 januari 2001. Nama kecilnya adalah Saridi, tetapi setelah menjadi murid Ahmad Syurkati, Saridi diberi nama baru oleh Ahmad syurkati sebagai “Muhammad Rasjidi”. Nama tersebut baru digunakan secara resmi oleh Saridi pasca-menunaikan ibadah haji, bebarapa tahun kemudian. Dia lahir di ligkuna Jawa yang kental dengan nuasa keislaman. Walaupun demikian,  praktik-prakitik kebatinan masih tampak dalam keluarga dan lingkuna sekitarnya pada masa kecil. Bhkan , pada masa selanjutnya beliau mengakui bahwa dirinya berasal dari latar belakang “keluarga abangan”, yaitu penganut agama islam, namun tidak melalukan ibadah islam dalam kesehariannya sebagaimana  mestinya. Keluarganya bernaung dirumah Joglo, tempat dia dibesarkan yang pada hari-hari tertentu tidak melewatkan adanya pemasangan sesajen.
            Tidak jauh dari rumah Rasjidi, terdapat masjid dan makam Pnembahan Senopati dan Ki Ageng Pemanahan serta beberapa sumber air pemandian yang jarang sepi dari praktik-praktik mistik kejawen. Meskipun Rasjidi hidup dalam lingkungan demikian, pada akhirnya Rasjidi menyadari bahwa dirinya membutuhkan asupan rohani yang bersifat keagamaan.Kesadarannya tentang islam kemudian terbentuk mejadi pandangan hidupnya.
2. Pemikiran Kalam H.M. Rasjidi
            Pemikiran Kalam Rasjidi dapat ditelusuri dari kritiknya kepada Harun Nasution dan Nurcholish Madjid. Secara garis besar pemikiran kalamnya dapat dikemukakan sebagai berikut.
a.      Tentang perbedaan ilmu kalam dan teologi
Rasjidi menolak pandangan Harun Nasution yang menyamakan pengertian ilmu kalam dengan teologi. Untuk itu Rasjidi berkata, “… Ada kesan bahwa ilmu kalam adalah teologi islam dan teolgi adalah ilmu kalam Kristen. Selanjutnya,  Rasjidi menelusuri sejarah kemunculan teologi. Menurutnya, biasanay orang Barat memakai istilah teologi untuk menunjukkan tauhid atau kalam karena mereka tidak memunyai istilah lain. Teologi terdiri atas dua kata yaitu teo (Theos)artinya tuhan, dan logos artinya ilmu. Jadi, teologi adalah ilmu ketuhanan. Adapun sebab timbulnya teologi dalam Kristen karena yang pokok dalam agama Kristen adalah keyuhanan Nabi Isa sebagai salah satu dari tritunggal atau trinitas. Kata teologi mengadung beberapa aspek agama Kristen, yang diluar kepercayaan (yang benar) sehingga teologi dalam Kristen tidak sama dengan tauhid atau ilmu kalam.
b.      Tema-Tema Ilmu Kalam
Salah Satu tema ilmu kalam Harun Nasution yang dikritik  Rasjidi adalah deskripsi aliran-aliran kalam yang sudah tidak relevan  lagi dengan kondisi umat islam sekarang, khususnya di Indinesia. Untuk itu, Rasjidi berpendapat bahwa menonjolkan perbedaaan penadapat antaranya Asy’ariah dan Mu’tazilah sebagaimana dilakukan Harun Nasution, akan melemahkan iman para mahasiswa. Tidak ada agama yang mengagumkan akan seperti  Islam, tetapi dengan menggambarkan bahwa akal dapat mengetahui baik dan buruk, sedangkan wahyu hanya membuat nilai yang dihasilakn dari pikiran manusia bersifat absolute-universal, berarti menganggap sepi ayat-ayat Al-Quran, seperti “WALLAHU YA’LAMU WA ANTUM LA TA’LAMUN” (dan Allahlah Yang Maha Mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui) (Q.S. Al-Baqarah [2]: 232).
Rasjidi mengakui bahwa soal-soal yang pernah dipebincangakan pada zaman dua belas abad yang lalu ada yang masih relevan untuk masa sekarang, tapi ada juga yang tidsk relevan. Rasjidi menguraikan bahwa yang masih dirasakan oleh umat islam pada umumnya adalah keberadaan Syia’ah.

c.       Hakikat Islam
Pointer ini meupakan kritikan Rasjidi deskripsi iman yang diberikan Nurcholish Madjid, yaitu “percaya dan menrauh kepercayaan kepada Tuhan. Sikap apresiatif kepada Tuhan merupaka inti pengalaman keagamaan sesorang. Sikap itu disebut takwa. Takwa diperkuat dengan kontak yang kontinu  dengan Tuhan… Apresiasi ketuhanan membutuhkan kesadaran ketuhanan yang menyeluruh sehingga menumbuhkan keadaan bersatunya hamba dengan Tuhan. Menanggapi pernyataan yang diatas, Rasjidi mengatakan bahwa  iman bukan sekedar memuncak pada bersatunya hamba dengan Tuhan , tetapi dapat dilihat dalam dimensi konsekuansial atau hubungan manusia dengan manusia, yaitu dalam hidup masyarakat.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar