barcelona
">
Rabu, 03 Desember 2014
MAKALAH ISBD ( KEBUDAYAAN BUGIS MAKASSAR )
KEBUDAYAAN BUGIS
MAKALAH INI DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA
KULIAH
ISLAM
DAN BUDAYA LOKAL
DISUSUN OLEH:
MARWIS
EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS SYARIAH
INSTITUT
PERGURUAN TINGGI ILMUAL-QURAN
JAKARTA
2014-2015
KATA ENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan Kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesehatan,
umur yang panjang serta rahmat dan karuni-Nya kepada kami sehingga dapat
memnyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.
Ucapan terimah kasih kami ucapkan kepada Bapak Dosen
mata kuliah ISBD yang telah membimbing
kami sehinga kami dapat menyelsaikan makalah ini denan baik dan tepat waktu.
Kami menyadari bahwa makalah kami ini masih jauh
dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran dari semua pihak selalu
kami harapkan dan kami butuhkan demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha
kami. Aaminn
Jakarta,
30 Oktober 2014
Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Keragaman etnis dan budaya memiliki potensi besar dalam
membangun bangsa ini, termasuk dalam pembangunan dan pengembangan
pendidikan. Keragaman budaya yang tumbuh dan berkembang pada setiap etnis
seharusnya diakui eksistensinya dan sekaligus dapat dijadikan landasan dalam
pembangunan pendidikan. Tilaar mengemukakan bahwa pendidikan nasional di
dalam era reformasi perlu dirumuskan suatu visi pendidikan yang baru yaitu
membangun manusia dan masyarakat madani Indonesia yang mempunyai identitas
berdasarkan kebudayaan nasional. Sedang kebudayaan nasional sendiri dibangun
dari kebudayaan daerah yang tumbuh dan berkembang di setiap etnis. Dalam
kaitannya dengan upaya pembaharuan pendidikan dan keragaman budaya, maka
faktor sosial budaya tidak dapat diabaikan. Sistem pendidikan yang
digunakan di negara maju, seyogyanya tidak diciplak secara menyeluruh
tanpa memperhatikan budaya yang berkembang dalam masyarakat.
Sistem pendidikan suatu negara harus sesuai dengan falsafah dan budaya
bangsa sendiri. Indonesia dengankeanekaragaman budayanya, perlu melakukan kajian
tersendiri terhadap sistem pendidikan yang akandigunakan, termasuk sistem
pendidikan yang akan digunakan di setiap daerah dan setiap etnis,
sehinggasistem yang dipakai sesuai dengan kondisi budaya masyarakat setempat.
Oleh karena itu, perlu ada upaya bagaimana
memperhatikan dan mengungkapkan keterlibatan faktor budaya dalam interaksi
tersebut agar dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.Siri’ sebagai inti budaya Bugis-Makassar memiliki
potensi untuk dapat meningkatkan prestasi belajar siswa, sebab
siri’ merupakan pandangan hidup yang bertujuan untuk meningkatkan harkat,martabat dan harga diri, baik sebagai individu
maupun sebagai makhluk sosial.
Etnis Bugis dan etnis Makassar adalah dua
diantara empat etnis besar yang berada di Sulawesi Selatan. Pada hakekatnya kebudayaan
dan pandangan hidup orang Bugis padaumumnya
sama dan serasi dengan kebudayaan dan pandangan hidup orang Makassar. Oleh
karena itu membahas tentang budaya Bugis sulit dilepaskan dengan pembahasan
tentang budaya Makassar. Hal ini sejalan
dengan pandangan Abdullah yang mengatakan bahwa dalam sistem keluarga atau dalam kekerabatan kehidupan manusia Bugis dan
manusia Makassar, dapat dikatakan hampir tidak terdapat perbedaan.
Lebih lanjut dikemukakan bahwa kedua kelompok suku bangsa ini (suku Bugis dan suku
Makassar) pada hakekatnya merupakan suatu unit budaya. Sebab itu, apa yang
berlaku dalam duniamanusia Bugis, berlaku pula pada manusia Makassar.
B. Rumusan
Masalah
1.
Apa yang dimaksud Bugis Makssar
2.
Bagaimana Adat Bugis Makassar
3.
Agama Apa Yang dianut Bugis Makassar
C. Tujuan
Penulisan
1.
Mengetahui Kebudayaan Bugis Makassar
2.
Mengetahui Agama di Bugis Makassar
BAB II
PEMBAHASAN
1. Kebudayaan Bugis
Makassar
Dalam
sistem kehidupan masyarakat budaya Bugis-Makas¬sar di Sulawesi Selatan,
siri'adalah salah-satu bentuk pranata susila sosial yang dianggap cukup tabu
oleh masya¬rakat di daerah ini. Begitu tabunya masalah siri' ini dalam sistem
kehidupan kemasyarakatan semesta termasuk di antaranya adalah siri' sebagai
upaya privensi terjadinya delik dalam kehidupan bermasya¬kat dan berbudaya,
bahkan sampai kepada bernegara sekalipun. Karena siri' dianggap suatu sebagai
pandangan hidup, dan seolah olah masalah itu ditaati sebagai suatu
undang-undang yang tertulis. Dalam penerapan nilai-nilai budaya siri' ke dalam
sistem kehidupan sehari-hari, bagi suku Bugis-Makasar bukanlah sekedar simbol.
Tetapi lebih dari itu sangat penting artinya terutama sekali dalam kehidupan
kemasyarakatan, tata pemerintahan, dan bahkan tata hukum sebagai hukum tak tertulis
(dalam hal ini, khususnya hukum adat pidana). Orang yang tidak memiliki nilai
siri' dalam dirinya, maka orang tersebut dianggap tidak bernilai atau tidak
beradab dan tidak berharkat-martabat (demikian tulisan Kamri, dalam laporan
hasil penelitiannya yang berjudul -Budaya Siri' Sebagai Pola Tatanan Kehidupan
Masyarakat Bugis- Makassar: Suatu Tinjauan Pelestarian Nilai-nilai Budaya
Berdasarkan Pasal 14 UULH, 1995 hal. v-vi). Terdapat empat macam prototipe
manusia menurut konsep siri'. Pertama, Tomasiria = Toengka siri'ne. Orang yang
sangat menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia dan kemanusiaan. Orang
seperti ini paling dibutuhkan dalam KEPEMIMPINAN. Kedua, tositengnga-tengnga
sivi'na. Orang yang memiliki rasa siri' hanya setengah-setengah. Pada umumnya
orang seperti ini tidak memiliki pendirian yang tetap. Ketiga, Tbmakurang
siri" dan kempat, Todegaga siri'na = orang yang tidak memikirkan rasa
siri'. Pada umumnya orang seperti ini cenderung melakukan tindak pidana tanpa
tujuan kecuali kejatan. Bertautan dengan hal tersebut di ataslah sehingga penu-
lis berpandangan bahwa siri' merupakan salah satu bentuk pranata susila sosial
yang dapat dijadikaninstrumen pranata hukum pidana yang bersifat priventif.
Hanya raja dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan tekno¬logi dewasa ini, lalu
kondisi kehidupan sosial masyarakat adat Bugis-Makassar turut terpengaruh.
Salah-satu penga¬ruhnya adalah pemahaman terhadap makna hakikat sini' ternyata
berkembang. Yaitu ada siri" dalam arti positif dan ada dalam arti negatif.
Sid" dalam arti positif inilah yang dimaksudkan oleh penulis dalam judul
tesis ini. Sebab pada dasarnya memang hakikat makna itu terletak pada
siri" dalam anti positif dan bukan dalam arti yang negatif.[1]
2.
Ciri Khas Bugis Makassar
Secara garis besar pemduduk provinsi Sulawesi Selatan
terdiri dari empat suku bangsa yaitu, Makassar, Toraja,Bugis dan Mandar :Bukan hanya Inggris, Norwegia serta
negara-negara kerajaan lain yang memiliki gelar kehormatan, Indonesia juga
memilikinya. Jangan lupakan gelar-gelar kehormatan dari keraton-keraton serta
kerajaan-kerajaan yang ada di Indonesia. Jika berbicara mengenai panjang gelar,
gelar dari Indonesia juga tidak kalah panjang. Kadang menyulitkan bagi mereka
yang tidak tahu asal-usulnya. Tetapi, ada gelar milik Indonesia yang cukup
singkat. Gelar tersebut adalah Andi.
Pertanyaan yang muncul kemudian adalah, apakah benar Andi adalah nama gelar? Lalu, kenapa namanya terkesan seperti nama seseorang? Sulit memang membedakan nama Andi sebagai gelar dan mana Andi sebagai nama. Untuk mengetahuinya, Anda bisa melihat asal-usul dari orang tersebut. Jika berasal dari Bugis, kemungkinan Andi yang dimiliki adalah gelar. Gelar Andi memiliki cerita sejarah yang cukup panjang. Semua terangkum dalam kebudayaan masyarakat Bugis. Untuk itu, ketika membicarakan gelar yang satu ini, kebudayaan masyarakat Suku Bugis secara tidak langsung juga akan ikut dibicarakan. Simak pembahasan mengenai Suku Bugis berikut ini!
Suku Bugis Suku Bugis berada di Sulawesi Selatan. Anggota masyarakat suku ini merupakan hasil akulturasi dari berbagai etnis. Masyarakat Melayu dan Minangkabau yang datang ke daerah ini, tepatnya Kerajaan Gowa, sekitar abad 15 juga dapat dikelompokkan sebagai masyarakat Bugis. Masyarakat Suku Bugis menyebar ke berbagai penjuru Indonesia, bahkan hingga luar negeri. Jika membicarakan asal-usul keberadaan suku ini, jangan ragukan soal panjangnya cerita yang akan Anda dapat. Semua bermula dari kebiasaan masyarakat La Sattumpugi, masyarakat yang saat ini mendiami Kabupaten Wajo, yang menyebut dirinya dengan nama to ugi. To ugi sendiri adalah sebutan bagi pengikut La Sattumpugi. Ceritanya berlanjut hingga kemudian La Sattumpugi memiliki anak bernama We Cudai dan Batara Lattu. Batara Lattu kemudian memiliki anak bernama Sawerigading. Sawerigading sendiri menikah dengan We Cudai dan memiliki anak bernama La Galigo. La Galigo merupakan seorang sastrawan besar yang melahirkan karya sebanyak ribuan folio. Masyarakat Bugis pun membentuk beberapa kelompok kerajaan. Kerajaan Bugis yang tergolong memiliki usia tua adalah Kerajaan Bone, Kerajaan Luwu, Kerajaan Soppeng, Kerajaan Sawitto, Kerajaan Sidrap, Kerajaan Rappang dan Kerajaan Sidenreng. Pernikahan yang terjadi antara masyarakat Makassar dan Mandar membuat percampuran darah antara dua budaya tidak bisa lagi dielakkan.
Suku Bugis juga menjadi identitas atau akar silsilah dari beberapa tokoh yang ada di Indonesia. Sebut saja Jusuf Kalla. Kemudian ada B.J Habiebie, Sophan Sophiaan, serta Andi Mallarangeng. Nama Andi pada Andi Mallarangeng kemungkinan adalah gelar Andi yang dimaksud. Ragam Pendapat Tentang Andi Gelar Andi selaku gelar kehormatan yang dimiliki masyarakat Bugis disematkan pada bangsawan-bangsawan Bugis. Ada beragam pendapat yang menceritakan asal-usul dari pemberian gelar Andi ini. Namun, temuan berupa sumber asli belum ada. Menurut beberapa pendapat, Andi merupakan gelar kebangsawanan yang diturunakan berdasarkan garis keturunan. Setelah Bugis mendapatkan kemerdekaannya dari masyarakat Gowa, mereka yang merupakan keturunan dari campuran dari beberapa garis keturunan mendapatkan gelar ini. Mereka adalah keturunan dari percampuran berikut. Percampuran pernikahan antara keturunan Lapatau dengan putri dari Raja Bone Sejati; Percampuran pernikahan antara keturunan Lapatau dengan putri dari Raja Wulu yang bekerjasama dengan Kerajaan Gowa;
Percampuran pernikahan antara keturunan Lapatau dengan putri dari Raja Wajo;
Percampuran pernikahan antara keturunan Lapatau dengan putri dari Sultan Hasanuddi;
Kemudian percampuran dari pernikahan antara anak serta cucu Lapatau dengan putri dari Raja Suppa dan Tiroang; Dan, percampuran pernikahan antara anak cucu Lapatau dengan putri-putri raja dari kerajaan-kerajaan kecil yang berdaulat di Sulawesi. Pemberian gelar tersebut konon merupakan upaya dari Belanda, dalam hal ini VOC, untuk membangun serta mengendalikan, dalam hal ini lebih tepatnya mengubah kehidupan sosial yang ada di Sulawesi. Itu lah mengapa ada seorang jenderal bernama Muhammad Yusuf yang menolak penggunaan nama Andi. Padahal secara garis keturunan, beliau adalah memiliki garis keturunan dari Sawerigading. Pemberian Nama Andi di Era La Pawawoi Pendapat beberapa ahli lainnya adalah berhubungan dengan kehidupan masyarakat Bugis pada zaman pemerintahan La Pawawoi Karaeng Sigeri. Menurut cerita, pada masa pemerintahan itu, hubungan Kerajaan Bone dan pihak VOC dalam keadaan memanas. Kerajaan Bone kemudian membentuk sekelompok pasukan untuk menghadapi pasukan dari Belanda tersebut. Pasukan itu diberi nama Anre Guru Ana’ Karung. Pemimpin dari pasukan bentukan Kerajaan Bone tersebut adalah Petta Ponggawae. Anggota dari pasukan bentukan Kerajaan Bone bukan hanya anak-anak bangsawan, tetapi juga anak dari orang-orang berkedudukan di daerahnya masing-masing. Pemuda-pemuda itu lah yang kemudian konon dianugerahi gelar Andi. Gelar itu diberikan karena mereka sudah dianggap sebagai keluarga muda Raja Bone yang rela mati demi menegakkan kehormatan yang dimiliki rajanya, atau patetong’ngi alebbirenna Puanna. Pemberian Nama Andi versi Raja Bone Versi lain mengenai pemberian gelar Andi berhubungan dengan Raja Bone ke 30 dan 32 bernama La Mappanyukki. Beliau merupakan putra dari Raja Gowa dan putrid Raja Bone. La Mappanyukki mendapatkan gelar Andi d depan namanya atas pengaruh dari pihak Belanda. Peristiwa itu terjadi pada 1930-an. Mengapa dalam pemberian nama Andi ini pihak Belanda memiliki pengaruh? Ini adalah siasat Belanda untuk membedakan bangsawan mana yang berpihak padanya. Para bangsawan yang menggunakan gelar Andi di depan namanya, adalah mereka yang berpihak kepada pihak Belanda. Melihat kemudahan yang diterima para bangsawan pemihak Belanda, satu tahun kemudian, raja-raja yang berkuasa di Sulawesi sepakat untuk menggunakan nama Andi di depan namanya. Dalam buku milik Susan Millar juga disebutkan bahwa penggunaan nama Andi di depan awalnya adalah bertujuan untuk membedakan mana golongan bangsawan dan mana yang bukan. Karena saat itu, terjadi perdamaian antara pihak kerajaan dengan VOC. VOC kemudian berjanji untuk melepaskan budak yang masih merupakan keturunan bangsawa. Penggunaan nama Andi kemudian merujuk pada peristiwa tersebut.
Pengelompokkan mana bangsawan dan mana yang bukan menemukan kendala. Banyaknya budak yang dimiliki Belanda pada saat itu berimbas pada bercampurnya seluruh lapisan masyarakat. Akhirnya, diputuskan bahwa mereka yang lolos mengikuti berbagai test, yang pastinya hanya dikuasai oleh para bangsawan, lah yang akan mendapatkan sertifikat. Test tersebut salah satunya adalah test sebagai montir mobil.
Dari peristiwa tersebut, gelar Andi seolah menjamur. Semua keturunan bangsawan menggunakan nama tersebut di depan nama aslinya. Penggunaan nama Andi pada saat itu juga cukup beragam di setiap kerajaan yang ada di Sulawesi. Misalnya seperti yang terjadi di Kerajaan Soppeng. Kerajaan ini hanya membolehkan gelar Andi digunakan oleh keturunan ketiga. Pemaknaan Gelar Andi Ketika seseorang memang sudah ditakdirkan menjadi bangsawan, siapa yang akan memungkirinya? Gelar-gelar kebangsawanan yang ada di Indonesia ini harus diakui cukup membuat garis strata sosial semakin jelas terlihat. Tidak heran jika pada akhirnya, ada beberapa bangsawan, yang ditandai dengan gelar di depan namanya, bangga terhadap gelar yang dimilikinya. Sehingga, gelar tersebut terus dibawa-bawa kemana pun ia pergi. Seperti gelar Andi ini sendiri. Dan hal tersebut membuat jurang pemisah antara golongan bangsawan dan golongan masyarakat biasa.
Di golongan masyarakat Bugis sendiri, khususnya mereka para orang tua, ada sebuah anggapan bahwa siapa pun yang sering mengaku-aku dirinya sebagai bangsawan dan membawa gelarnya kemana pun serta seolah menonjolkanya kepada masyarakat luas, adalah bukan keturunan murni bangsawan. Kebanggaan mereka terhadap gelar dengan menonjolkan nama gelar yang dimiliki seolah sebagai bentuk ketakutan apabila gelar bangsawan yang dimilikinya tidak diakui. Padahal, jika memang ia adalah bangsawan murni, tanpa menggunakan embel-embel Andi di depan namanya, masyarakat akan tetap tahu bahwa ia adalah bangsawan. Pemaknaan gelar kebangsawanan di masyarakat Indonesia, seperti Andi memang menimbulkan perbedaan pendapat. Sejatinya, menurut salah seorang keturunan bangsawan, gelar bangsawan tidak berbeda jauh dengan kadar karat yang dimiliki sebongkah emas. Ada yang kadar karatnya tinggi dan ada yang rendah. Kadar karat ini diasosiasikan sebagai tingkah laku atau kepribadian bangsawan tersebut di tengah-tengah masyarakat. Gelar Andi sendiri seolah menjadi suatu hal yang bisa menaikkan gengsi seseorang di lingkungan masyarakat. Pada akhirnya, pemakaian gelar Andi ini banyak yang dipaksakan. Aturan berdasarkan kebudayaan masyarakat Sulawesi Selatan, gelar Andi hanya boleh diturunkan dari garis ayah. Jika ayahnya tidak “Andi”, ia tidak boleh menempatkan gelar tersebut di depan namanya. Sayang, aturan tersebut banyak diterabas.[2]
Pertanyaan yang muncul kemudian adalah, apakah benar Andi adalah nama gelar? Lalu, kenapa namanya terkesan seperti nama seseorang? Sulit memang membedakan nama Andi sebagai gelar dan mana Andi sebagai nama. Untuk mengetahuinya, Anda bisa melihat asal-usul dari orang tersebut. Jika berasal dari Bugis, kemungkinan Andi yang dimiliki adalah gelar. Gelar Andi memiliki cerita sejarah yang cukup panjang. Semua terangkum dalam kebudayaan masyarakat Bugis. Untuk itu, ketika membicarakan gelar yang satu ini, kebudayaan masyarakat Suku Bugis secara tidak langsung juga akan ikut dibicarakan. Simak pembahasan mengenai Suku Bugis berikut ini!
Suku Bugis Suku Bugis berada di Sulawesi Selatan. Anggota masyarakat suku ini merupakan hasil akulturasi dari berbagai etnis. Masyarakat Melayu dan Minangkabau yang datang ke daerah ini, tepatnya Kerajaan Gowa, sekitar abad 15 juga dapat dikelompokkan sebagai masyarakat Bugis. Masyarakat Suku Bugis menyebar ke berbagai penjuru Indonesia, bahkan hingga luar negeri. Jika membicarakan asal-usul keberadaan suku ini, jangan ragukan soal panjangnya cerita yang akan Anda dapat. Semua bermula dari kebiasaan masyarakat La Sattumpugi, masyarakat yang saat ini mendiami Kabupaten Wajo, yang menyebut dirinya dengan nama to ugi. To ugi sendiri adalah sebutan bagi pengikut La Sattumpugi. Ceritanya berlanjut hingga kemudian La Sattumpugi memiliki anak bernama We Cudai dan Batara Lattu. Batara Lattu kemudian memiliki anak bernama Sawerigading. Sawerigading sendiri menikah dengan We Cudai dan memiliki anak bernama La Galigo. La Galigo merupakan seorang sastrawan besar yang melahirkan karya sebanyak ribuan folio. Masyarakat Bugis pun membentuk beberapa kelompok kerajaan. Kerajaan Bugis yang tergolong memiliki usia tua adalah Kerajaan Bone, Kerajaan Luwu, Kerajaan Soppeng, Kerajaan Sawitto, Kerajaan Sidrap, Kerajaan Rappang dan Kerajaan Sidenreng. Pernikahan yang terjadi antara masyarakat Makassar dan Mandar membuat percampuran darah antara dua budaya tidak bisa lagi dielakkan.
Suku Bugis juga menjadi identitas atau akar silsilah dari beberapa tokoh yang ada di Indonesia. Sebut saja Jusuf Kalla. Kemudian ada B.J Habiebie, Sophan Sophiaan, serta Andi Mallarangeng. Nama Andi pada Andi Mallarangeng kemungkinan adalah gelar Andi yang dimaksud. Ragam Pendapat Tentang Andi Gelar Andi selaku gelar kehormatan yang dimiliki masyarakat Bugis disematkan pada bangsawan-bangsawan Bugis. Ada beragam pendapat yang menceritakan asal-usul dari pemberian gelar Andi ini. Namun, temuan berupa sumber asli belum ada. Menurut beberapa pendapat, Andi merupakan gelar kebangsawanan yang diturunakan berdasarkan garis keturunan. Setelah Bugis mendapatkan kemerdekaannya dari masyarakat Gowa, mereka yang merupakan keturunan dari campuran dari beberapa garis keturunan mendapatkan gelar ini. Mereka adalah keturunan dari percampuran berikut. Percampuran pernikahan antara keturunan Lapatau dengan putri dari Raja Bone Sejati; Percampuran pernikahan antara keturunan Lapatau dengan putri dari Raja Wulu yang bekerjasama dengan Kerajaan Gowa;
Percampuran pernikahan antara keturunan Lapatau dengan putri dari Raja Wajo;
Percampuran pernikahan antara keturunan Lapatau dengan putri dari Sultan Hasanuddi;
Kemudian percampuran dari pernikahan antara anak serta cucu Lapatau dengan putri dari Raja Suppa dan Tiroang; Dan, percampuran pernikahan antara anak cucu Lapatau dengan putri-putri raja dari kerajaan-kerajaan kecil yang berdaulat di Sulawesi. Pemberian gelar tersebut konon merupakan upaya dari Belanda, dalam hal ini VOC, untuk membangun serta mengendalikan, dalam hal ini lebih tepatnya mengubah kehidupan sosial yang ada di Sulawesi. Itu lah mengapa ada seorang jenderal bernama Muhammad Yusuf yang menolak penggunaan nama Andi. Padahal secara garis keturunan, beliau adalah memiliki garis keturunan dari Sawerigading. Pemberian Nama Andi di Era La Pawawoi Pendapat beberapa ahli lainnya adalah berhubungan dengan kehidupan masyarakat Bugis pada zaman pemerintahan La Pawawoi Karaeng Sigeri. Menurut cerita, pada masa pemerintahan itu, hubungan Kerajaan Bone dan pihak VOC dalam keadaan memanas. Kerajaan Bone kemudian membentuk sekelompok pasukan untuk menghadapi pasukan dari Belanda tersebut. Pasukan itu diberi nama Anre Guru Ana’ Karung. Pemimpin dari pasukan bentukan Kerajaan Bone tersebut adalah Petta Ponggawae. Anggota dari pasukan bentukan Kerajaan Bone bukan hanya anak-anak bangsawan, tetapi juga anak dari orang-orang berkedudukan di daerahnya masing-masing. Pemuda-pemuda itu lah yang kemudian konon dianugerahi gelar Andi. Gelar itu diberikan karena mereka sudah dianggap sebagai keluarga muda Raja Bone yang rela mati demi menegakkan kehormatan yang dimiliki rajanya, atau patetong’ngi alebbirenna Puanna. Pemberian Nama Andi versi Raja Bone Versi lain mengenai pemberian gelar Andi berhubungan dengan Raja Bone ke 30 dan 32 bernama La Mappanyukki. Beliau merupakan putra dari Raja Gowa dan putrid Raja Bone. La Mappanyukki mendapatkan gelar Andi d depan namanya atas pengaruh dari pihak Belanda. Peristiwa itu terjadi pada 1930-an. Mengapa dalam pemberian nama Andi ini pihak Belanda memiliki pengaruh? Ini adalah siasat Belanda untuk membedakan bangsawan mana yang berpihak padanya. Para bangsawan yang menggunakan gelar Andi di depan namanya, adalah mereka yang berpihak kepada pihak Belanda. Melihat kemudahan yang diterima para bangsawan pemihak Belanda, satu tahun kemudian, raja-raja yang berkuasa di Sulawesi sepakat untuk menggunakan nama Andi di depan namanya. Dalam buku milik Susan Millar juga disebutkan bahwa penggunaan nama Andi di depan awalnya adalah bertujuan untuk membedakan mana golongan bangsawan dan mana yang bukan. Karena saat itu, terjadi perdamaian antara pihak kerajaan dengan VOC. VOC kemudian berjanji untuk melepaskan budak yang masih merupakan keturunan bangsawa. Penggunaan nama Andi kemudian merujuk pada peristiwa tersebut.
Pengelompokkan mana bangsawan dan mana yang bukan menemukan kendala. Banyaknya budak yang dimiliki Belanda pada saat itu berimbas pada bercampurnya seluruh lapisan masyarakat. Akhirnya, diputuskan bahwa mereka yang lolos mengikuti berbagai test, yang pastinya hanya dikuasai oleh para bangsawan, lah yang akan mendapatkan sertifikat. Test tersebut salah satunya adalah test sebagai montir mobil.
Dari peristiwa tersebut, gelar Andi seolah menjamur. Semua keturunan bangsawan menggunakan nama tersebut di depan nama aslinya. Penggunaan nama Andi pada saat itu juga cukup beragam di setiap kerajaan yang ada di Sulawesi. Misalnya seperti yang terjadi di Kerajaan Soppeng. Kerajaan ini hanya membolehkan gelar Andi digunakan oleh keturunan ketiga. Pemaknaan Gelar Andi Ketika seseorang memang sudah ditakdirkan menjadi bangsawan, siapa yang akan memungkirinya? Gelar-gelar kebangsawanan yang ada di Indonesia ini harus diakui cukup membuat garis strata sosial semakin jelas terlihat. Tidak heran jika pada akhirnya, ada beberapa bangsawan, yang ditandai dengan gelar di depan namanya, bangga terhadap gelar yang dimilikinya. Sehingga, gelar tersebut terus dibawa-bawa kemana pun ia pergi. Seperti gelar Andi ini sendiri. Dan hal tersebut membuat jurang pemisah antara golongan bangsawan dan golongan masyarakat biasa.
Di golongan masyarakat Bugis sendiri, khususnya mereka para orang tua, ada sebuah anggapan bahwa siapa pun yang sering mengaku-aku dirinya sebagai bangsawan dan membawa gelarnya kemana pun serta seolah menonjolkanya kepada masyarakat luas, adalah bukan keturunan murni bangsawan. Kebanggaan mereka terhadap gelar dengan menonjolkan nama gelar yang dimiliki seolah sebagai bentuk ketakutan apabila gelar bangsawan yang dimilikinya tidak diakui. Padahal, jika memang ia adalah bangsawan murni, tanpa menggunakan embel-embel Andi di depan namanya, masyarakat akan tetap tahu bahwa ia adalah bangsawan. Pemaknaan gelar kebangsawanan di masyarakat Indonesia, seperti Andi memang menimbulkan perbedaan pendapat. Sejatinya, menurut salah seorang keturunan bangsawan, gelar bangsawan tidak berbeda jauh dengan kadar karat yang dimiliki sebongkah emas. Ada yang kadar karatnya tinggi dan ada yang rendah. Kadar karat ini diasosiasikan sebagai tingkah laku atau kepribadian bangsawan tersebut di tengah-tengah masyarakat. Gelar Andi sendiri seolah menjadi suatu hal yang bisa menaikkan gengsi seseorang di lingkungan masyarakat. Pada akhirnya, pemakaian gelar Andi ini banyak yang dipaksakan. Aturan berdasarkan kebudayaan masyarakat Sulawesi Selatan, gelar Andi hanya boleh diturunkan dari garis ayah. Jika ayahnya tidak “Andi”, ia tidak boleh menempatkan gelar tersebut di depan namanya. Sayang, aturan tersebut banyak diterabas.[2]
3.
Kerajaan Bugis Makassar
Bugis
Makassar memliki lima Kerajaan diantaranya adalah Kerajaan Bone, Kerajaan
Makassar, , Kerajaan Wajo, Kerajaan Soppeng Kerajaan Luwu:
a. Kerajaan Bone
Di daerah Bone
terjadi kekacauan selama tujuh generasi, yang kemudian muncul seorang To
Manurung yang dikenal Manurungnge ri Matajang. Tujuh raja-raja kecil melantik
Manurungnge ri Matajang sebagai raja mereka dengan nama Arumpone dan mereka
menjadi dewan legislatif yang dikenal dengan istilah ade pitue.
Manurungnge ri Matajang dikenal juga dengan nama Mata Silompoe. Adapun ade'
pitue terdiri dari matoa ta, matoa tibojong, matoa tanete riattang, matoa
tanete riawang, matoa macege, matoa ponceng. istilah matoa kemudian menjadi
arung. setelah Manurungnge ri Matajang, kerajaan Bone dipimpin oleh putranya
yaitu La Ummasa' Petta Panre Bessie. Kemudian kemanakan La Ummasa' anak dari
adiknya yang menikah raja Palakka lahirlah La Saliyu Kerrempelua. pada masa
Arumpone (gelar raja bone) ketiga ini, secara massif Bone semakin memperluas
wilayahnya ke utara, selatan dan barat[3]
b. Kerajaan Makassar
Sejarah Kerajaan Makassar sebenarnya terdiri atas 2 kerajaan
yakni kerajaan Gowa dan Tallo. Kemudian, kerajaan itu bersatu dibawah pimpinan
raja Gowa yaitu Daeng Manrabba. Setelah menganut agama Islam, Ia bergelar
Sultan Alauddin. Raja Tallo, yaitu Karaeng Mattoaya yang bergelar Sultan
Abdullah, menjadi mangku bumi. Bersatunya kedua kerajaan tersebut bersamaan
dengan tersebarnya agama Islam ke Sulawesi Selatan. Pusat pemerintahan
dari Kerajaan Makassar terletak di Sombaopu. Letak kerajaan
Makassar sangat strategis karena berada di jalur lalu lintas pelayaran antara
Malak dan Maluku. Letaknya yang sangat strategis itu menarik minat para
pedagang untuk singgah di pelabuhan Sombaopu. Dalam waktu singkat, Makassar
berkembang menjadi salah satu Bandar penting di wilayah timur Indonesia.[4]
c. Kerajaan Wajo
Kerajaan
Wajo terbentuk dari komune-komune atau komunitas yang terdiri dari berbagai
arah yang berada di sekitar Tappareng Karaja. Terbetuknya kerajaan wajo berawal
dari danau Lampulungeng yang dipimpin seorang yang memiliki kemampuan
supranatural yang disebut puangnge ri
lampulungeng. setelah puangnge ri lampulungeng, komune lampulungeng berpindah
ke Boli yang kemudian dipimpin oleh seseorang yang juga memiliki kemampuan
supranatural. kedatangan Lapaukke seorang pangeran dari kerajaan Cina (Pammana)
adalah pendiri (Founding Father) kerajaan Cinnongtabi ,Kerajaan ini terbentuk
dari banyaknya komunitas di sekitar tappareng karaja. Selama lima generasi
kerajaan Cinnongtabi Berdaulat,yang kemudian kerajaan ini bubar dan terbentuk
Kerajaan Wajo.
d. Kerajaan Soppeng
Pada suatu masa ketika terjadi kekacauan di Soppeng,
muncul dua orang To Manurung. Yang pertama adalah seorang wanita yang dikenal
dengan nama Manurungnge ri Goarie yang kemudian memerintah Soppeng ri Aja. Yang
kedua adalah seorang laki-laki yang bernama La Temmamala Manurungnge ri
Sekkanyili yang kemudian memerintah Soppeng ri Lau. Pada akhirnya kedua
kerajaan kembar tersebut menyatu menjadi Kerajaaan Soppeng.
e. Kerajaan Luwu
Di abad ke-12, 13, dan 14 berdiri kerajaan Luwu,
Soppeng, Bone, dan Wajo, yang diawali dengan krisis sosial dimana orang saling
memangsa laksana ikan. Kerajaan Luwu kemudian mendirikan kerajaan pendamping,
yaitu kerajaan Tallo. Tapi dalam perkembangannya kerajaan kembar ini (Gowa dan
Tallo) akhirnya kembali menyatu menjadi satu kerajaan yaitu Luwu.[5]
KESIMPULAN
Kebudayaan Bugis Makassar adalah
kebudayaan dari suku bangsa Bugis Makassar yang mendiami bagian terbesar dari
Jazirah selatan dari Pulau Sulawesi. Seacara garis besar penduduk provinsi
Sulawesi Selatan terdiri dari empat suku bangsa yaitu suku bugis, suku Makssar,
Suku, Toraja Dan suku Mandar.Kebudayaan Bugis Makassar dari segi Kependudukan
mendiami Kabupaten-Kabupaten diataranya adalah Sinjai,
Bone,soppeng,Wajo,Sidenreng-Rappang,Pinrang, Polewali-Mamasa,Enrekang,
Luwu,Pare-Pare, Pangkajenne Kepulauan dan Maros.
Kebudayaan Bugis Makssar juga memliki
beberapa kerajaan diantaranya yaitu kerajaan Bone, kerajaan Makassar, kerajaan
Soppeng, kerajaan Luwu dan kerajaan Wajo.Adapun bahasa orang Bugis adalah
Bahasa Ugi,sedangkan orang Mkassar adalah MANGKASA,Hurup yang dipakai adalah
naskah-naskah Bugis Makassar kuno adalah AKSARA LONTARA.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Kamri,
Ahmad, (1997) BUDAYA S1R1' BUGIS-MAKASSAR Pembunuhan
dan Pencemaran Nama Balk Orang Lain. Masters thesis, PROGRAM
PASCASARJANA UNIVERSITAS DIPONEGORO
2. .makassar ciri-khas-masyarakat-bugis-dengan-gelar-andi
3. [1]
http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Suku_Bugis&veaction=edit&vesection=5
5.
Asram
Muzharath.K, Sejarah KerajaanMakassar,2002,
Bulan Bintang, Makassar
[1] Ahmad, Kamri (1997) BUDAYA S1R1' BUGIS-MAKASSAR Pembunuhan
dan Pencemaran Nama Balk Orang Lain. Masters thesis, PROGRAM
PASCASARJANA UNIVERSITAS DIPONEGORO .
[2]
.makassar ciri-khas-masyarakat-bugis-dengan-gelar-andi
[3] http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Suku_Bugis&veaction=edit&vesection=5
[4] http://tendasejarah sejarah-kerajaan-makassal
MAKALAH CIVIC EDUCATION ( ILMU POLITIK)
ILMU POLITIK
MAKALAH INI
DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
CIVIC
EDUCATION
DISUSUN OLEH:
MARWIS
EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS SYARIAH
INSTITUT
PERGURUAN TINGGI ILMUAL-QURAN
JAKARTA
2014-2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu politik adlah
salah satu ilmu cabang dari ilmu social yang berdampingan denagn cabang ilmu
social lainnya yakni sosiologi,antripologi dan lain-lain. Dengan demikian ilmu
politik berhubungan erat dengan ilmu social lainnyayang objeknya adalah manusia
sebagai anggota sebagai anggota kelompok.
Ilmu-ilmu
tersebut mempelajari kelakuan manusia serta caracara manusia hidup dan bekerja
sma. Namun walaupun ilmu-ilmu tersebut saling berdampingan dan berhubungan
erat, tetapi tentu ada batsan-batasan antara ilmu poltik dengan ilmu-ilmu
lainnya dengan melihat kepada sifat-sifat dan ruang lingkup politik itu
sendiri.Dalam ruang lingkup ilmu politik akan dibahas anatara lain masyarakat,
kelas sosial, Negara, kekuasaan, kedaulatan, hak dan kewajiban, kemerdekaan,
lembaga-lembaga negara, perubahan seosial, pembangunan politik, modernisasi,
dan lain sebagainya.
Sistem politik
hanya merupakan salah satu dari bermacam-macam system yang terjadi dalam
masyarakat, seperti sostem ekonomi, system teknik, system komunikasi, dan
lain-lain. Setiap system mempunyai masing-masing mempunyai fungsi tertentu
untuk menjaga kelangsungan hidup mencapai tujuan dari masyarakat tersebut.
Karena itu perluh kiranya suau masyarakat mengetahui dan memahami ilmu politik
mulai dari lingkup kecil hingga besar.
B.
Rumusan
Masalah
Untuk lebih sistematis, maka kami merumuskan
masalah-masalah pokok yang akan dibahs dalam makalah ini sebagai berikut:
·
Apa pengertian dari Ilmu Politik ?
·
Bagaimana pendekatan, metode, dan teknik Ilmu Politik ?
·
Apa saja tujuan dan fungsi Ilmu Politik ?
·
Apa saja kajian dalam Ilmu Poltik ?
·
Bagaimana konsep Ilmu Politik ?
·
Bagaimana perilaku politi itu ?
·
Apa saja ruang lingkup politik ?
C.
Tujuan
Penulisan
Berdasarkan rumusan maslah di atas, maka kami
mendapatkan beberapa tujuan dari penulisan makalah ini sebagai berikut:
·
Untuk mengetahui pengertian Ilmu Politik.
·
Untuk mengetahui bagaimana pendekatan, motede, dan teknik Ilmu Politik.
·
Untuk mengetahui apa saja tujuan dan fungsi Ilmu Politik.
·
Untuk mengetahui apa saja teori- teori dalam Ilmu Politik.
·
Untuk mengetahui apa sjan bidang kajian dalam Ilmu Politik.
·
Untuk mengetahui bagaimana konsep dari Ilmu Politik.
·
Untuk mengetahui bagaimana perilaku politik itu.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Ilmu Politik
Ilmu politik
merupakan ilmu yang mempelajari suatu segi khusus dari kehidupan masyarakat
yang menyangkut soal kekuasaan. Secara umum ilmu politik adalah ilmu yang
mengkaji tebtang hubungan kekuasaan, baik sesame warga Negara, antar warga
Negara dan Negara, maupun hubungan sesame Negara.Yang menjadi pusat kajiannya
adlah upaya untuk memperoleh kekuasan , usha mempertahankan kekuasaan,
penggunaan kekuasaan dan bagaimana caramenhambat pengguna kekuasaan.
Dalam ilmu
politik mempelajari beberapa aspek, seperti:
a.
Ilmu politik dilihat dari aspek kenegaraan adalah imu yang mempelajari
Negara, Tujuan Negara, dan lemabag-lembaga Negara serta hubungan Negara denag
warganya dan hubungan antar Negara.
b.
Ilmu politik dilihat dari aspek kekuasaan adalah imu yang mempelajari ilmu
kekuasaan dalam masyarakat, yaitu sifat, hakikat, dasar, proses, ruang lingkup,
dan hasil dari kekuasaan itu
c.
Ilmu politik dari aspek kelakuan politik yaitu imu yang mempelajari
kelakuakn politik dalam system politik yang meliputi budaya politik,, kelakukan
kepentingan dan kebijakan
Konsep-konsep pokok yang dipelajari dalam ilmu politik:
a.
Negara adlah suatu organisasi dalam suatu wilayah yang mempunyai
kekuasaan yang sah dan ditaati oleh rakyatnya.
b.
Kekuasaan adalah kemampuan sesorang atau suatu kelompok untuk
mempengaruhi tingkah laku orang atau kelompok lain sesuai dengan keinginan dan
pelakunya.
c.
Pengambilan keputusan adalah membat pilihan antara beberapa alternative
sedangkan istilah pengambilan keputusan menunjukkan pada proses yang terjadi
sampai keputusan itu tercapai
B.
Sisetem
Ilmu Politik
Pada umumnya
dapat dikatakan bahwa ilmu politik adalah bermacam kegiatan dalam system suatu
system Negara, yaitu pengambilan kebijakan-kebijakan untuk melaksanakan
tujuan-tujuan tertentu. Idealnya, politik selalu menyangkut tujuan-tujuan dari
seluruh masyarakat, dan bukan tujuan pribadi seseorang.
Mengenai sifat
dari ilmu politik, dapat kita pahami dari bebrapa definisi tentang ilmu
politik. Roger F. Soltau dalam Introduction to Politic berpendapat bahwa : “
Ilmu politik mempelajari Negara, tujuan Negara, Lembaga yang melaksanakan
tujuan Negara itu, hubungan antar negara dengan warga negaranya serta denga
Negara-negara lainnya”.
Prof. Mr. Moh.
Yamin mengemukakan bahwa “ ilmu politik memusatkan tujuannya kepada masalah
kekuasaan dan bagaimana jalannya tenaga kekuasaan dalam masyarakat dan
susunan Negara, ilmu politik dengan
sendirirnya membahas dan mempersoalkan pembinaan negara dan masyarakat atau
kekuasaan”.
Pada dasarnya
ilmu politik paling erat kaitannya dengan ilmu Negara. Yakni sama-sama mengupas
dan menyelidik hal-hal mengenai Negara. Namun berbeda sifatny, yakni ilmu
Negara menyelidiki dan mengajarkan teori-teori tentang asal mula Negara, tujuan
dan tugas Negara, pemerintahan, dan sebagainya. Sedangkan ilmu politik
menyelidiki dan menguraikan hidup Negara itu, sikap dan tindak tanduknya dalam
kehidupan warganya serta pergaulan antar Negara.
Dengan kata
lain ilmu poliyk membahas proses-proses yang berlangsung dalam suatu Negara,
seperti kekuasaan dan susunan masyarakat. Sedangkan Ilmu Negara membahas
tentang teori- teori terbentuknya Negara dan struktur Negara atau bentuk pemerintahan Negara tersebut
Mengenai ilmu
politik tersebut, M. Hutauruk, SH dalam bukunya Garis Besar Imu Plitik Pelita
Keempat, berpendapat bahwa: lmu politk menyelidiki dan mempelajari
proses-proses dalam pemerintahan dan masyarakat yan bertindak
aktivitas,komptisi dan kerja sama dalam memupuk dan menggunakan kekuasaan
Dari beberapa
definisi diatas maka dapat dirimuskan sifat ilmu politik tesebut sebagai
berikut:
1.
Menentukan prinsip-prinsip uang dijadikan patokan dan yang diindahkan
dalam menjalankan pemerintahan.
2.
Mempelajari tingkah laku pomerintah sehingga dapat mengemukakan mana yang
baik, mana yang buruk atau mana yang salah dan mengajurkan perbaikan-perbaikan
secara regas dan terang
3.
Mempelajari tingkah laku politik Negara itu, baik secara pribadi maupun
secara kelompok.
4.
Mengamati dan menelaah rencana-rencana social kemakmuran, kejasama
internasional dan sebagainya.
Sistem politik bersifat terbuka,yakni terbuka untuk
pengaruh dari luar sebagai akibat dari interaksi denagn system-sistem lainnya.
Maksudnya politik tersebut dapat berinterkasi
dan berubah dengan lingkungannya. Faktor lingkungan yang mempengaruhi,
contohnya tuntnan serta aspirasi masyarakat dan juga dukungan masyarakat.
C.
Pendekatan,
Metode, Dan Teknik
1.
Pendekatan
Kajian ilmu politik dapat
menggunakan dua pendekatan, yaitu pendekatan kualitatif dan pendekatan
kuantitatif. Kulitatif merupakan merupakan pendekatan yang menggunakan lingkunagn
alamiah sebagai sumber data langsyng,bersifat deskriptif analitik, menekankan
proses, bersifat induktif. Sedangkan Kuantitafi untuk memeliahara diri mereka
dari pengaruh koleksi kota. Menggunakan metode statistic untuk meneliti data
dan menyimpulkan hasl bagi penelitian.
2.
Metode
Seperi ilmu social pada
mumnya yang digunakan dalam ilmu politik pun menyangkut metode induksi dan
deduksi. Metode induksi adlah metode serangkain strategi ataupun prosedur
penarikan kesimpulan umum yang diperoleh berdasarkan proses pemikiran setelah
mengkaji peristiwa yang khusus atas dasra fakta teoritis. Menurut Iswara ada
beberapa metode yang termasuk dalam metode induksi, seperti metode deskriptif,
metode analisis, metode evaluative, metode kualifikasi, dan metode
perbandinagan.
a.
Metode
deskriptif adalah sebagai
prosedur pengkajian maslahpolitik untuk memberikan gambaran terhadap kenyataan
yang ada secara akurat.
b.
Metode
analisis menekankan pada penelaahan
secara mendalam terhadap maslah politis yang disusun secara sistematis dengan
memperlihatkan hubungan fakta yang satu dengan yang lainnya.
c.
Metode
evaluative meruapakan
serangkain usaha penelaahan fenomena politik yang bersift menentukan tehadap
fakta yang dikumpulkan dengan dasar pada norma-norma.
d.
Metode
kualifikasi adalah yang melandaskan pada pengelompokan
objek secara teratur yang masing-masing menunjukkan hubungan timbal balik
e.
Metode
Perbandingan merupakan
metode kajian yang menitikberatkan pada studi persamaan dan perbedaan atas 2
objek.
Sedangkan deduksi meruapakan serangkaian strategi
ataupun prosedur dengan penarikan
kesimpulan dari keadaan yang umum ke khusus, dan dilakukan dalam
pendekatan kuantitatif.
Terdapat metode lainnya yang digunakan alam kajian
ilmu politik anatara lain metode filosofis, yuridis, historis, ekonomis,
sosiologis, dan psikoligis.
a.
Metode Filosofis dgunakan untuk meneliti masalah politik langsung yang
berhubunagn dengan kehidupan poliik.
b.
Metode Yuridis merupakan penekanan prosedur penelitiannya terhadap
asas-asas legal secara yuridis.
c.
Metode Historis dalam metode ini penelitian ilmu politik berdasarkan pda
kenyataan sejarah.
d.
Metode Ekonomi disangkutkan pada aspek ekonomi.
e.
Metode Sosiaologi bahwa dalam kajian politik lembaga-lenmbaga politik
dianalogikan sebagai fenomena social.
f.
Metode Psikologlis dalam penggunaannya kajian politik banyak menggunakan
dalil-dalil psikologi sebagai acuannya.
3.
Teknik
Teksnik yang banayak digunakan dalam ilmu politik
banayk ragamnya, seperti: field
work,investigation,questinare,interview,opniaonnaire,
D.
Tujuan
Dan Fungsi Ilmu Politik
a.
Perspektif
Intelektual
Tujuan Politik adalah untuk tindkan politik. Agar dapat bertindak denagn
baik secara politik, yang perluh mempelajari asas dan seni politik dan
nilao-nilai ynag dianggap penting, jadi Perspektif Intelektual adalah
perspektif yang mempergunakan diri sendiri sebagao titik tolak . Sebab
perspektif itu bertolak dan dibangun berdasarkan a[pa yamg dianggap salah oleh
idividu itu dan individu tersebut yang memperbaikinya.
b.
Perspektif
Politik
Bahwa pandangan intelektual mengenai politik tidak banyak berbeda dengan
pandanga politisi, Jika politisi bersifat segera, sedangkan intelektual dapat
menjadi politisi jika ia mampu memasukkan masalah politik dalam pelayanan suatu
kepentingan atau tujuan. Jika tujuan pertama politisi adalah memperoleh
kekuasaan maka tujuan kedua adalah mempertahankan kekuasaan.
c.
Perspektif
Ilmu Politik
Dalam hal ini, poltik dipandang sebagai ilmu, ia menilai dari sisi
intelektual dengan pertimmbangan kritis serta memiliki kriteria yang
sistematis. Pendrian ini memndang kenutuhan kedepannya untuk meramalkan akibat
tindakan politik maupun kebijaksanaan para politisi. Para politisi memamndang
politik sebagai pusat kekuasaan public namun intelektual memandang politik
sebagai perluasan pusat moral dari diri, denag demikian politik sebagai ilmu
menaruh perhatian pada dalil-dalil, keabsahan, percobaan,hokum, dan keragaman.
E.
Teori-Teori
Ilmu Politik
1.
Teori
Politik Empiris
Toeri empiris digunakan untuk mengacu kepada bagian-bagian teoritis ilmu
Politik
2.
Tori Politik Formal
Teori ini merupakan teori politik yang kadang-kadangdirasakan tumpang
tindihnya dengan teori sosial maupun teori publik. Tidak ada aturan keputusan
yang secara simultan dapat memnuhi
sejumlah kondisi yang sangat masuk akal.
3.
Teori
Politik Normatif
Teori ini merupakan teori politik yang paling dekat dengan enterprise
tradisional. Tujuannya adalah meletakkan prinsip-prinsip otoritas, kebebasan,
dan keadila. Kemudian mengkhusukan pada tatanan social, untuk memnuhi prinsip-prisip
tersebut.
F.
Bidang
Kajian Ilmu Politik
a.
Teori ilmu politik yang meliputi teori politik dan sejarah perkembangan
ide-ide politik
b.
Lembaga funfsi politik yang meliputi UUD, pemerintahan nasional,
pemerintahan daerah dan local, funfsi ekonomi dan social dari pemerintah dan
perbandingan lembaga- lembaga politik.
c.
Partai politik, organisasi kemasyarakatan, pejabat umum, partisipasi
warga Negara dalam pemerintahan dan administrasi.
d.
Hubungan internasional yang meliputi politik internasional, organisasi dan
administrasi internasional.
G.
Konsep
Ilmu Politik
Konsep-konsep dalam ilmu Politik
Pada Bagian terdahulu telah diuraikan lima konsep
esensial yang sekaligus merupakan unsur pokok dalam pengertian ilmu politik.
Berikut ini dalam diuraikan beberapa esensial lainnya:
·
Politik
·
Negara
·
Kekuasaan
·
Pembuat Keputusan
·
Keijaksanaan Umum
·
Distribusi Dan Alokasi
·
Kelompok Interest
·
Sosialisasi Politik
·
Kultur Politik
H. Perilaku Politik
Perilakau Politik adalah perilaku yang dilakukan
oleh insan atau invidu atau kelomok guna memenuhi hak dan kewajiban sebagai
insan politik. Seorang individu/kelompok diwajibkan oleh Negara untuk melakukan
hak dan kewajiban guna melakukan perilaku politik adapun yang dimaksud dengan
perilaku politik cntohnya adalah:
·
Melaukakn pemilihan untuk memilih wakil rakyat atau pemimpin
·
Mengikuti dan wajib menjadi insan politik yang mengikuti suatu partai
·
Ikut serta dalam pesta politik
·
Ikut mengkrtitik atau menurunkan para pelaku politik yang berotoritas
·
Berhak menjadi pimpinan politik
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sebagai penutup, perluh kiranya diambil kesmpulan
dari apa yang telah dibahas dan diuraikan pada bab-bab sebelumnya. Kami menarik
kesimpulan sebagai berikut:
1.
Ilmu Politik adalah ilmu yang mempelajari suatu segi khusus dari
kehidupan masyarakat yang menyangkut
soal kekuasaan.
2.
Ilmu politik empelajari beberapa aspek, diantaranya yaitu
·
Ilmu politik dilihat dari aspek kenegaraan
·
Ilmu politik dilihat dari aspek kekuasaam
·
Ilmu politik dilihat dari aspek kelakuakn politik
3.
Konsep ilmu politik:
·
Negara adalah organisasi dalam suatu wilayah
·
Kekuasaan adalah kemampuan seseoarang
·
Pengambilan keputusan adalah
membuat pilihan diantara beberapa alternative
·
Kebijakan umum adalah kumpulan keputusan
·
Pembagian adalah penajatan dari nilai-nilai
4.
a. Pendekatan ilmu politik
menggunakan metode kuantitatif dan kualitatif
b.
Beberapa metode yang digunakan dalam ilmu politik ( induksi) :
·
Metode deskriptif
·
Metode analisis
·
Metode evaluative
·
Metode perbandingan
Metode yang digunakan dalam ilmu politik (deduksi)
·
Metode filosofis
·
Meteode yuridis
·
Metode historis
·
Metode ekonomis
·
Metode sosiologis
·
Metode psikologis
c.
Teknik yang banayak digunakan dalam ilmu politik banayk ragamnya,
seperti: field work,investigation,questinare,interview,opniaonnaire.
5.
Tujuan dan fungsi ilmu politik
·
Perspektif Intelektual
·
Perspektif Politik
·
Perspektif Ilmu Politik
6.
Teori-teori ilmu politik
·
Teori Politik Empiris
·
Tori Politik Formal
·
Teori Politik Normatif
7.
Bidang Kajian Ilmu Politik
a)
Teori ilmu politik yang meliputi teori politik dan sejarah perkembangan
ide-ide politik
b)
Lembaga funfsi politik yang meliputi UUD, pemerintahan nasional,
pemerintahan daerah dan local, funfsi ekonomi dan social dari pemerintah dan
perbandingan lembaga- lembaga politik.
c)
Partai politik, organisasi kemasyarakatan, pejabat umum, partisipasi
warga Negara dalam pemerintahan dan administrasi.
d)
Hubungan internasional yang meliputi politik internasional, organisasi
dan administrasi internasional.
8.
Konsep Ilmu Politik
·
Politik
·
Negara
·
Kekuasaan
·
Pembuat Keputusan
·
Keijaksanaan Umum
·
Distribusi Dan Alokasi
·
Kelompok Interest
·
Sosialisasi Politik
·
Kultur Politik
9.
Perilaku Ilmu Politik
·
Melaukakn pemilihan untuk memilih wakil rakyat atau pemimpin
·
Mengikuti dan wajib menjadi insan politik yang mengikuti suatu partai
·
Ikut serta dalam pesta politik
·
Ikut mengkrtitik atau menurunkan para pelaku politik yang berotoritas
·
Berhak menjadi pimpinan politik
DAFTAR PUSTAKA
1) Budiarjo, Miriam. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta:
PT. Gramedia Pustaka Utama. 1993.
2) Hutauruk, M. Garis Besar Ilmu Politik Pelita
Keempat 1984-1989. Jakarta: Erlangga. 1984.
3) Varrma, SP. Teori Politik Modern. Jakarta.
Rajawali Pers. 1992.
4) Supardan, Dadang. Pengantar Ilmu Sosial.
Jakarta.PT. Bumi Aksara. 2008.
5) Wiki (2008). Politik.[online]. Tersedia:http ://id.wjkipedia.org/wiki/politik [9 Maret
2008]
6) Hidayatlubis. (2008). Sifat dan ruang Lingkup Ilmu
Politik. [online]. Tersedia: http://www.geocities.com/hidayatlubis/politik.html ( 9 Maret
2008]
Langganan:
Postingan (Atom)